Wednesday, April 9, 2014

Cara menghilangkan iri hati dan mendapatkan berkat

Bertemu dengan beberapa sahabat lama tentu akan memberikan sukacita tersendiri bagi kita. Banyak kenangan yang seolah-olah baru saja terjadi dalam kehidupan ini bersama-sama dengan mereka yang masih dapat anda rasakan dengan segar dalam hati anda.

Tapi bagaimana perasaan anda bila anda bertemu dengan sahabat lama yang dulu kurang sukses dalam bekerja, lebih miskin dari anda dan tiba-tiba saat ini dia memiliki rumah yang besar, usaha yang lebih maju daripada anda, sedangkan anda masih terkukung dalam pekerjaan yang itu itu saja?

Saat itu ketika saya memasuki gudang barang dagangannya, saya sangat terkesima. Bagaimana tidak? Setiap barangnya memilki harga yang menarik bagi saya. Transaksi yang terjadi pada saat saya disana pun membuat saya kagum, itupun menurutnya pasar sedang 'sepi'. Wow !


Ada celah yang terbuka

Rasa kagum saya masih terngiang-ngiang di otak dan mulailah saya membandingkan dengan usaha saya yang jatuh bangun. Ada perasaan kalah, ada perasaan menjadi seorang pecundang dalam diri ini.

Saya tau bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan saya dan saya tidak berani untuk protes, karena saya cuman ciptaanNya. Namun dalam hati ini ada sebuah pertanyaan, kenapa dia lebih diberkati daripada saya? Kenapa dia lebih kaya daripada saya? Padahal tidak kurang-kurangnya saya berdoa,baca kitab suci dan berusaha untuk aktif dalam setiap kegiatan di paroki. Jiwa saya mulai gelisah.

Firman muncul dalam pikiran saya... hitunglah berkat-berkatmu yang sudah kamu terima.
Ingat lagi sebuah kata dalam kotbah... bahwa Tuhan Yesus tau waktu yang tepat dan takaran yang pas dalam memberikan berkatNya. Ia tidak ingin saya jatuh karena kekayaan. Roh memang penurut, tapi daging lemah dan jiwapun jadi bingung :)

Pemulihan dari Roh Kudus

Hari itu saya menjadi lebih galak... rasanya ingin kerja,kerja dan kerja saja deh. Tidak mau menerima keadaan rumah yang ribet, ingin teriak aja dan membentak bila anak-anak ribut biat cepat selesai.

Saya merasa ada yang gak beres tapi saya tidak tau itu apa, sampai malam itu anak saya bertanya:
"Pa, besok pagi saya sekolah, saya kan tidak bisa lihat film kartun. Tapi kalo adik kan tidak sekolah, kalo dia lihat kartun itu gimana?"

Rupanya sang kakak sedang mempertanyakan keadilan masalah nonton film kartun.

Seperti biasa, bila ada seorang yang konsultasi saya selalu mengarahkan hati pada Roh Kudus untuk mendapatkan jawabanNya. Sekalipun itu pertanyaan dari anak sendiripun saya ingin agar jawaban yang saya berikan itu benar-benar jawaban yang dari Tuhan Yesus dan bisa menjadi berkat bagiNya.

Roh Kudus membuka pikiran saya, saya pun menasihatinya begini...

"Kamu tidak boleh iri dengan adik karena dia bisa lihat film kartun sedangkan kamu sekolah.
Tidak bisa setiap berkat yang adik terima, kamu juga harus terima.
Apa kamu tidak senang... kalau adikmu itu senang?
Apa kamu hanya bisa senang... kalau adikmu atau orang di sekitarmu itu susah?
Kan tidak bisa begitu.

Yang penting kamu tau kalau Tuhan Yesus sayang kamu dan ingin kamu bahagia.
Papa dan mama juga sayang sama kamu berdua dan ingin semuanya bahagia.
Makanya kamu di sekolahin, di ikutin les ini itu biar pinter, adik juga."

Waktu saya kasih nasihat seperti itu... saya tau ada yang tersenyum... dan akhirnya saya juga ikut tersenyum.

Oh ternyata... apa yang terjadi dalam diri saya itu sama seperti yang terjadi dalam diri anak saya saat ini. Lebih mudah bagi saya pada saat saya melihat segala sesuatu dari kacamata Allah Bapa Sang Penyelenggara Kehidupan.

Bapa juga ingin semua anak-anakNya bahagia, makanya Ia memberkati dengan berkat yang dibutuhkan oleh anak-anakNya. Berkat yang tidak sama pada setiap orang, termasuk berkat yang terkadang membuat saya iri. Namun yang terpenting bagi saya saat ini adalah kesadaran yang lebih lagi bahwa Ia ingin saya bahagia.

Berkat yang disertai dengan rasa cukup itu lebih berharga.
Karena rasa cukup itulah membuat kita dapat bersyukur.
Berbahagia bukan berarti memandang orang lain yang lebih susah daripada kita, melainkan karena kita tau bahwa kita punya Allah Bapa yang senantiasa memandang kita dan ingin kita hidup berbahagia.

Bahagiaku terikat pada Yahwe, harapanku pada Allah Tuhanku.






2 comments:

Anonymous said...

bagaimana carnya saudara meredam rasa iri tersebut ?, terkadang rasa iri muncul dengan sendirinya seakan-akan pekerjaan yang telah saya lakuakan selama ini sia-sia karna melihat saudara yang lain "kerjaan sedikit hasilnya besar", sedangkan saya mati2an kalah jauh. di situ kadang saya merasa sedih, apa yang kurang dalam diri saya. saya berusaha bersyukur tapi tetap kalah saat kumpul dengan saudara2 lain cerita batapa sukses/ maju. sejak saat itu lebih baik saya menghindar jika bertemu saudara yang " cerita sukses/maju", saya tau itu bukan solusi tapi cara itulah yang sedikit meredam rasa iri hati.

admin said...

Saudaraku yang dikasihi Yesus Kristus, satu saat yang lain pernah rasa iri itu muncul dalam diri saya lagi...saya coba abaikan, tapi saya tau masih bergejolak dalam hati.

Saat saya bersih2 buku rohani, saya mendapati tulisan kurang lebih seperti ini: "Bila dua orang saling iri, yang satu terhadap yang lain, maka SELURUH DUNIA ini TIDAK AKAN CUKUP walaupun dibagi dua".

Saya coba merenung saat mendapatkan tulisan yang cukup hidup ini...dan mendapatkan kebenaran
Saat lihat mobilnya lebih bagus, saya kerja keras agar bisa beli mobil, saat lihat rumahnya bagus...saya kerja keras agar beli rumah bagus... pertanyaannya: mau sampai kapan?

Setelah saya sadar bahwa DUNIA ini TIDAK CUKUP maka saya rasa percuma kalau ada iri hati...tidak akan pernah selesai... Saya jadi teringat ...bahwa hanya Allah saja yang mampu memenuhi diri saya.

Praktek harian yang banyak membantu saya, membaca tulisan Santo Yohanes Salib, buku : Mendaki Gunung Karmel.

Sangat membantu mengatasi hal ini. GBU

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.